JEJAKKALTENG.COM, Sampit – Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kotawaringin Timur (Kotim) melaksanakan kegiatan Uji Keterbacaan Cerita Anak DwiBahasa.
Kegiatan yang digelar selama 2 hari yakni 8-9 Oktober 2024, bertempat di Aula Disdik Kotim ini melibatkan pihak pelajar Sekolah Dasar (SD) dari kelas 3, 4, 5, dan 6. Karena keterbatasan ruang, setiap sekolah hanya diwakilkan oleh beberapa murid.
“Meskipun tidak semua siswa bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini karena keterbatasan ruang, sejumlah pelajar dari berbagai satuan pendidikan di Sampit telah dipilih sebagai sampel,” kata Sekretaris Disdik Kotim, Yolanda Lolita, Rabu (9/10/2024).
Yolanda menyampaikan survei uji keterbacaan ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana terjemahan cerita anak dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dapat dipahami oleh anak-anak. Kegiatan ini juga akan memberikan gambaran penting tentang bagaimana bahasa daerah diterima oleh generasi muda.
“Kami ingin melihat sejauh mana anak-anak bisa memahami dan menikmati cerita yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah,” ujarnya.
Lanjutnya, kegiatan ini juga menjadi langkah konkret untuk membuka akses informasi publik secara inklusif. Dengan survei ini, diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai bahasa daerah yang merupakan warisan budaya yang sangat penting.
Dalam konteks pendidikan, Yolanda menekankan pentingnya mengenalkan dan mencintai bahasa daerah, khususnya di Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotim sebagai bagian dari identitas budaya yang kaya. Melalui cerita-cerita daerah, diharapkan anak-anak dapat lebih menghargai warisan budaya yang ada.
“Kami ingin anak-anak dari SD kelas 3 sampai kelas 6 yang ikut serta dalam kegiatan ini semakin mencintai bahasa daerah kita, sehingga dapat terus mengembangkan pengetahuan dan kreativitas mereka,” harapnya.
Yolanda juga berharap agar kegiatan ini dapat merangsang minat baca anak-anak, sehingga mereka tidak hanya fokus pada bahasa Indonesia, tetapi juga semakin mengenal dan menyukai bahasa daerah mereka.
“Kami berharap anak-anak bisa menikmati kegiatan ini dengan penuh perhatian dan semangat, karena ini adalah langkah besar dalam memperkenalkan mereka pada dunia literasi dan memperkuat budaya daerah,” tandasnya.(JK)